Ibu=Manusia menakjubkan
Sepanjang Hari ini gw habiskan dengan tidur, tidur dan tidur. Makan,makan dan makan. Besok ibu gw berangkat ke Pekanbaru, ada pelatihan orang2 bank di Pekanbaru. Ngeliat nyokap gw yang kerja banting tulang, gw serasa ngeliat sebuah sosok wanita yang asli.
Kalo kita ngeliat, kok seolah2 di dunia yang bersifat patriacha(laki2 pemegang peran utama) ini sering banget gw ngedenger banyak perempuan yang dilecehin, disakitin, bahkan dibunuh, hanya karena alasan yang ga masuk akal. Contoh dalam kehidupan kita sehari2 aja, sering bgt kalo gw pas kebeneran makan di warung nasi (walaupun bangsawan gw mah orangnya merakyat loh,hihihi) trus si Mba tukang ngelayaninnya cantik dikit, trus om2 yang makan situ pasti pada grawil nyolekin si Mba. Atau contoh lain sering banget gw ngedenger kata-kata, “Alaah, cewe aja kok banyak ceta.” Atau “Alaah, jadi cewe aja belagu amat sih”. Seolah2 posisi wanita lebih rendah daripada laki2.
Bagi gw yang beragama Muslim, hal kaya gini nih, kadang bikin gw risih. Masalahnya dalam keyakinan gw, An-Nisa, perempuan, wanita, atau apapun namanya harus mendapat tempat yang tinggi dan terpuji. Bayangin aja, Rasulullah sendiri ketika ditanya siapa yang harus kita hormatin ngejawab, Ibumu, ibumu, ibumu, baru kemudian bapakmu. Berarti peran ibu, mendapat tempat yang tinggi dan terpuji. Dalam Al-Quran sendiri nama perempuan dijadikan sebuah nama Surat, yaitu surat An-Nisa. Kalau ditulis dalam Al-Quran Ar-Rijalu Qowamuna Alaa Nisa(Laki2 adalah pemimpin bagi wanita), bukan berarti perempuan berada dalam derajat lebih rendah dari Laki2. Sebagai analogi, kalo kita ikut suatu organisasi, jelas pasti di situ ada seorang ketua, wakil, sekretaris, dll. Tapi bukan berarti anggota itu lebih rendah derajatnya dari ketua. Dua2nya punya derajat yang sama. Hanya peranannya aja yang berbeda, tapi derajatnya tetep sama.
Kembali ke masalah ibu. Mungkin jg karena secara pribadi gw hidup di keluarga yg perempuannya punya peran yang menonjol, maka gw menempatkan ibu dan para wanita pada posisi orang yang amat gw hormatin dan gw sayangin. Buyut putri gw gerumur 96 th, seorang Raden Ayu, yang notabene pada masa penjajahan adalah seorang ningrat, yang mungkin dalam pandangan sebagian orang cenderung manja dan malas, adalah sebuah contoh yang bikin gw ga abis pikir.
Ketika Buyut kakung gw meninggal(Buyut kakung gw meninggal karena gula pada usia muda), seorang diri beliau membesarkan 8 orang putra putrinya sampai semuanya jadi orang (ya iya lah masa jadi kebo). Maksudnya, semua anak buyut putri gw menjadi orang2 yang berhasil. Kakek gw jadi TNI, Adik kakek gw skarang mantan Dirut Krakatau steel. Tapi yang bikin gw tercengang adalah semuanya itu diperoleh dari jualan lotek dan kue bangket. Bayangin, seorang ningrat yang harus menghidupi putra-putrinya dengan berjualan lotek. Di sinilah gw ngeliat bahwa insting, rasa cinta kasih seorang ibu untuk melindungi anak2nya lebih besar dari apapun juga bahkan ego dan derajatnya.
Begitu juga, keluarga dari ibu gw yang semuanya perempuan. Ibu gw 8 bersaudara, semuanya perempuan. Semuanya kerja, ga berarti semua kerja kantoran, ada yang katering, ada yang jualan. Tapi, the main point is, gw ngeliat bahwa ibu, perempuan, bukanlah makhluk lemah, sebagaimana yang kita sangka dan kita yakini selama ini. Perempuan adalah makhluk yang kuat, bahkan kalau mau jujur, gw bisa bilang, bahwa ibu atau perempuan adalah makhluk yang jauh lebih kuat daripada bapak atau laki2. Bayangin aja, dari muda perempuan setiap bulannya harus menanggung rasa sakit akibat menstruasi. Kalaupun ga sakit, minimal keseimbangan hormonnya keganggu. Beda ama laki2 yang sepanjang hidupnya adem ayem ga ngalamin siklus menstruasi. Belum lagi para ibu yang mengandung putranya dan melahirkannya ke dunia.
Coba deh tanya ama ibu2 hamil, bawaannya susah jalan, susah tidur, pipis terus, enek, mual, tapi semuanya itu dia abaikan, demi melindungi putranya yang akan ia lahirkan ke dunia. Sebuah, perjuangan yang hebat dan menakjubkan. Ketika melahirkan jg, dia berjuang antara hidup dan mati. Bukan main, sekali lagi bukan main. Abis ngelahirin bukan berarti pengorbanan ibu berhenti. Beliau menghadapi masa nifas, sindroma post partum, dan luka bekas melahirkan. Itu baru yang dari dalem dirinya. Ditambah dengan anak yang butuh kasih sayang, ngasih asi ke anaknya, yang jangan dikira nyusuin itu gampang lho, nyusuin itu katanya (katanya lho gw ga pernah sih) pada awalnya perih, nyeri, geli (soalnya lidah bayi cenderung kasar) Tapi beliau rela, ikhlas, demi melihat anaknya sehat. Bukan main, bukan main.
Kekuatan ibu yang bukan main ini jg ditambah lagi dengan sebuah ornamen pelengkap yang dimiliki oleh para ibu atau perempuan, yaitu Tangisan. Menangis, mungkin buat sebagian orang adalah hal yang tabu, hal yang hina, bahkan dianggap sebagai lambang kelemahan dan kepengecutan. Tapi coba lihat lebih dalam deh, sebenernya tangisan adalah sebuah ornamen yang diberikan tuhan untuk melepas segala macam beban yang ada pada diri kita. Sebuah upaya melepaskan penat dan stress yang bisa dibilang paling aman.
Dari penelitian medis pun, kalau dilihat dari sisi umur, umur perempuan cenderung lebih panjang dari laki2. Manusia tertua di Dunia yang sekarang ada di Jepang adalah seorang perempuan. Kalau dilihat dari angka harapan hidup, rata2, dunia memiliki angka harapan hidup untuk perempuan yang lebih tinggi daripada angka harapan hidup pria. Untuk Indonesia saja angka harapan hidup perempuan berkisar antara 68-70 tahun sedangkan pria 66-68 tahun. Berarti perempuan memiliki angka harapan hidup rata2 lebih lama 2-4 tahun dibandingkan dengan seorang pria.
Nah, dah kepanjangan kan jadinya, padahal masih banyak lho argumen2 yg pengen gw masukin utk ngeyakinin bahwa perempuan tuh ga selemah yg sering dibayangkan. Tapi yah sekilas aja lah. Pointnya adalah. Wahai kaum pria, mulai sekarang mari kita kasihi dan cintai ibu-ibu kita dan hormati kaum perempuan, karena mereka adalah manusia yang patut kita tempatkan pada tempat yang terpuji.
NB: Sekarang mah lagi pengen bikin puisi ah buat ibu gw:
Bunda, jangan nangis, jangan bersedih
Mungkin hari-harimu berat
Mungkin hidupmu penuh cobaan
Bunda, jangan nangis, jangan bersedih
Mungkin sulit bagimu mengurusku
Mungkin seringkali ku menyakiti hatimu
Bunda, jangan Nangis, Jangan bersedih
Karena tangisanmu adalah perih hatiku
Karena tangisanmu mengguncang bumi yang kupijak
Bunda, jangan nangis, jangan bersedih,
Lihatlah, Malaikat Surga tersenyum kepadamu
Ciumlah, Harum Surga berhembus ke tubuhmu
Bunda,
Mungkin tak lama lagi kulitmu akan dipenuhi keriput karena mengurusku
Wajahmu tak sesegar dulu karena lelah dengan tingkahku
Badanmu tak sekuat mudamu karena habis tenagamu untuk mendidikku
Namun, berbahagialah Bunda,
karena keriputmu adalah kebanggaan anak cucumu
Wajah tua mu, adalah lentera kuburmu
Dan lelah badanmu adalah jembatan surgamu
Amiin, Amiin ya Robbal Alamin.